Istilah teater berasal dari kata Theatron,
yang artinya "tempat di ketinggian" sebagai tempat meletakkan
sesajian persembahan bagi dewa pada zaman Yunani Kuno. Sedangkan dalam
KBBI, teater adalah gedung atau ruangan tempat
pertunjukan sandiwara, film, dsb. Namun pengertian tersebut berkembang yang
kemudian teater tidak hanya berarti tempat, tetapi diartikan lebih luas menjadi
segala hal yang dipertunjukkan di depan orang disebut teater. Teater adalah seni drama yang merupakan penampilan
perilaku manusia dengan gerak, tari, dan juga dalam nyanyiannya terdapat dialog
serta akting pemain. Dalam sejarahnya, Yunani tercatat sebagai bangsa pertama
yang mengembangkan teater, tepatnya sekitar 2.500 tahun yang lalu.
Teater: Pengertian dan Jenis Teater
Jenis-Jenis Teater
Sekarang
ini, jenis-jenis teater dibagi menjadi empat jenis, yaitu teater
tradisional, teater modern, dan teater kontemporer, teater klasik Berikut
ini penjelasan masing-masing jenis teater tersebut:
Teater Tradisional
Teater
tradisional adalah
teater yang dilahirkan dari, oleh, dan untuk tradisi masyarakat tertentu. Ia
tumbuh dan diasuh oleh tradisi masyarakat setempat. Teater tradisional sangat
dekat dengan masyarakat lingkungannya bahkan menjadi bagian dari kehidupan
masyarakatnya. Teater tradisional adalah jenis teater yang diwariskan dari
angkatan ke angkatan dalam jangka waktu yang panjang. Teater tradisional bisa
dinamakan teater klasik, seperti; wayang orang, sendratari, lenong, ketoprak.
Teater tradisional berfungsi sebagai sarana upacara, hiburan, dan
presentasi estetis yang berbaur menjadi satu dalam sebuah struktur sajian.
Teater tradisional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Teater tradisional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Memiliki keunikan dan keindahan tersendiri, misalnya bentuk dan cara penyajian, gerak fisik, latar (setting), serta irama pengiringnya.
- Latar atau setting-nya masih sederhana.
- Pertunjukan diselenggarakan di pentas terbuka.
- Kaya akan pesan moral dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
- Dialognya dengan improvisasi.
Teater
modern adalah teater
yang sudah ke luar dari pola-pola yang ada pada teater tradisional, terikat
dengan pola naskah, skenario atau repertoar. Lakonan dipola oleh sistem
penyutradaraan yang mutlak, dan mendapat pengaruh kuat dari perkembangan teater
barat (dramaturgi). Teater modern telah berusaha menghilangkan unsur-unsur
ritualnya hingga menjadi profan dan berfungsi untuk hiburan belaka. Pelaksanaan
pertunjukan sudah terkoordinasi dengan baik, mulai dari memilih naskah,
menentukan tempat pertunjukan, menata dekorasi pentas, serta kesan mewah
lainnya.
Adapun
ciri-ciri teater modern secara garis besar adalah sebagai berikut:
- Pertunjukan telah dilakukan ditempat khusus, seperti di panggung dan penonton biasanya membayar.
- Bahasa yang dipakai adalah bahasa nasional.
- Fungsi teater adalah untuk hiburan.
- Ada kebebasan berimprovisasi.
- Timbul dari golongan elite atau kaum terpelajar.
- Kebanyakan berisi kritikan terhadap kehidupan masa kini.
Teater Kontemporer
Teater
kontemporer adalah
karya teater yang mengandung sifat-sifat kekinian. Berkembang sebagai wujud
kreativitas seniman teater untuk menemukan jati dirinya. Sehingga, teater ini
berfungsi sebagai presentasi estetis yang senimannya hanya ingin
mengomunikasikan gagasannya kepada penonton. Banyaknya penonton bukanlah
target, tetapi kualitas penonton menjadi harapan para seniman. Walaupun jumlah
penonton relatif sedikit, tetapi penonton tersebut adalah orang-orang yang
paham betul pada teater serta bisa menangkap konsep garapan, itulah yang
diharapkan. Bukan kemewahan yang ingin disampaikan oleh karya teater
kontemporer, melainkan gagasan brilian yang senantiasa menjadi obsesi para
seniman kontemporer ini. Oleh karena itu, teater kontemporer tidak pernah
mengutamakan perangkat yang mewah, baik tempat, kostum para pemain, dan
properti. Hal yang diutamakan adalah ide atau gagasan yang orisinal dan baru
sehingga karya pertunjukannya menjadi pengetahuan bagi para penontonnya.
TeaterKlasik
Teater Klasik adalah suatu perkembangan seni yang telah mencapai tingkat tinggi baik teknis maupun coraknya. Kemapanan dari jenis Teater Klasik ini sebagai akibat dari adanya pembinaan yang terus menerus dari kalangan atas, seperti; Raja, bangsawan atau tingkat sosial lainnya. Oleh karena itu jenis kesenian klasik kebanyakan lahir dilingkungan istana (pusat kerajaan). Untuk jenis teater yang termasuk klasik, misalnya: Wayang Golek (Jawa Barat); Wayang Kulit dan Wayang Orang (Jawa Tengah dan Jawa Timur).
Cara pementasan Teater Klasik sudah tidak sebebas Teater Rakyat. Teater Klasik harus menuruti aturan-aturan etis (tata kesopanan) dan estetis (nilai keindahan) yang telah digariskan.
Teater Klasik adalah suatu perkembangan seni yang telah mencapai tingkat tinggi baik teknis maupun coraknya. Kemapanan dari jenis Teater Klasik ini sebagai akibat dari adanya pembinaan yang terus menerus dari kalangan atas, seperti; Raja, bangsawan atau tingkat sosial lainnya. Oleh karena itu jenis kesenian klasik kebanyakan lahir dilingkungan istana (pusat kerajaan). Untuk jenis teater yang termasuk klasik, misalnya: Wayang Golek (Jawa Barat); Wayang Kulit dan Wayang Orang (Jawa Tengah dan Jawa Timur).
Cara pementasan Teater Klasik sudah tidak sebebas Teater Rakyat. Teater Klasik harus menuruti aturan-aturan etis (tata kesopanan) dan estetis (nilai keindahan) yang telah digariskan.
Sifat-sifat Karakter Dalam Seni Teater
Antagonis
Antagonis adalah karakter yang melawan karakter
utama atau protagonis.Antagonis sering merupakan seorang
penjahat atau hal lainnya yang merupakan konflik dengan protagonis. Antagonis
biasanya jahat dan tidak baik serta sering membuat nilai-nilai negatif.
Protagonis
Protagonis (bahasa
Yunani: protagonistes)
adalah tokoh utama dalam buku, film, permainan
video, maupun teater. Dalam literatur, protagonis adalah
tokoh yang melawan antagonis. Protagonis sering merupakan seorang
pemeran utama, kadang-kadang seorang jagoan atau hal lainnya yang merupakan
konflik dengan antagonis.
Protagonis biasanya baik dan tidak
jahat. Dalam beberapa cerita, tidak semua protagonis menjadi jagoan atau baik.
Adakalanya protagonis bertingkah seperti antagonis yang kemudian dikenal
sebagai anti-hero (anti-heroine untuk wanita). Protagonis tidak hanya mencakup tokoh utama, tetapi tokoh
pendukung yang baik juga dikategorikan protagonis.
Tokoh protagonis membawakan
perwatakan yang bertentangan dengan antagonis yang menyampaikan nilai-nilai
negatif. Tokoh protagonis merupakan tokoh yang membawakan misi kebenaran dan
kebaikan untuk menciptakan situasi kehidupan masyarakat yang damai, aman, dan
sejahtera.
Tritagonis
Peran tritagonis adalah peran yang menjadi penengah dan pendamai antara peran protagonis dan antagonis. Peran ini biasanya berwatak kalem, sederhana, berwibawa, bijaksana, dan memiliki wawasan yangluas.
Untuk menguasai peran seorang tokoh atau pemeran dibutuhkan latihan keras yang terus-menerus, penghayatan yang tinggi, dan pengalaman yang banyak. Dengan begitu, ketika bermain, peran yang dimainkan dapat dikuasai dengan baik.
Peran tritagonis adalah peran yang menjadi penengah dan pendamai antara peran protagonis dan antagonis. Peran ini biasanya berwatak kalem, sederhana, berwibawa, bijaksana, dan memiliki wawasan yangluas.
Untuk menguasai peran seorang tokoh atau pemeran dibutuhkan latihan keras yang terus-menerus, penghayatan yang tinggi, dan pengalaman yang banyak. Dengan begitu, ketika bermain, peran yang dimainkan dapat dikuasai dengan baik.
•
Deutragonis
Deutragonis
adalah tokoh lain yang berada di pihak tokoh protagonis. Peran ini ikut
mendukung menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh protaganis.
Contoh, peran Tumenggung Kent, Edgar, Cordelia dalam lakon Raja Lear
karya William Shakespeare.
•
Foil
Foil
adalah peran yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik yang terjadi
tetapi ia diperlukan guna menyelesaikan cerita. Biasanya dia berpihak pada
tokoh antagonis. Contoh, tokoh Perwira, Oswald, Curan dalam lakon Raja
Lear karya William Shakespeare.
•
Utility
Utility
adalah peran pembantu atau sebagai tokoh pelengkap untuk mendukung rangkaian
cerita dan kesinambungan dramatik. Biasanya tokoh ini mewakili jiwa penulis.
Contoh: tokoh Badut dalam lakon Raja Lear karya William Shakespeare.
1.
Lenong (Teater tradisional nusantara dari Betawi)
Ada dua bentuk Lenong;
(1) Denes
Tontonan Lenong Denes lakonnya tentang raja-raja dan pangeran di suatu kerajaan, sekarang sudah jarang kita jumpai, karena hampir tidak ada penerusnya. Cerita-cerita yang dipentaskan pada Lenong Denes antara lain : Indra Bangsawan, Danur Wulan, Jula-Juli Bintang Tujuh, dan cerita-cerita lain yang diambil dari Cerita 1001 Malam, misalnya kisah Abunawas. Karena Lenong denes memainkan cerita kerajaan, maka busana yang digunakan oleh tokoh-tokoh pemerannya sangat gemerlapan, seperti peran raja, bangsawan, pangeran, putri, atau hulubalang. Akhirnya kata denes (dinas) jadi melekat pada cerita dan busana yang dipakai.
Adapun Bahasa yang digunakan dalam pementasan lenong denes bahasa adalah bahasa Melayu tinggi. Contoh kata-kata Melayu tinggi yang sering digunakan antara lain : baginda, tuanku, kakanda, adinda, daulat tuanku, beliau, syahdan, hamba dan lain sebagainya. Dialog dalam lenong denes sebagian besar dilakukan dengan nyanyian. Dengan cerita kerajaan dan berbahasa Melayu tinggi, para pemain lenong denes jadi tidak leluasa untuk melakukan humor. Agar pertunjukan tidak terlalu monoton dan bisa menampilkan kejenakaan, maka ditampilkan tokoh dayang atau khadam (pembantu) yang menggunakan bahasa Betawi. Adegan-adegan perkelahian dalam lenong denes tidak menggunakan jurus-jurus silat, tetapi tinju, gulat, dan main anggar (pedang).
Lenong denes biasanya dimainkan di atas panggung berukuran 5 x 7 meter. Penggunaan dekor atau seben untuk menyatakan susunan adegan-adegan. Misalnya ada dekor singgasana, taman sari, hutan, dan sebagainya. Musik pengiring teater lenong denes adalah gambang kromong. Dalam adegan perkelahian alat musik pengiringnya ditambah dengan tambur.
(2) Lenong Preman
Pertunjukan lenong Preman lakonnya tentang rakyat jelata, seperti yang kita kenal sekarang, pada awalnya, Lenong Preman dimainkan semalam suntuk. Karena jaman berkembang dan tuntutan keadaan, maka terjadi perubahan-perubahan.
(1) Denes
Tontonan Lenong Denes lakonnya tentang raja-raja dan pangeran di suatu kerajaan, sekarang sudah jarang kita jumpai, karena hampir tidak ada penerusnya. Cerita-cerita yang dipentaskan pada Lenong Denes antara lain : Indra Bangsawan, Danur Wulan, Jula-Juli Bintang Tujuh, dan cerita-cerita lain yang diambil dari Cerita 1001 Malam, misalnya kisah Abunawas. Karena Lenong denes memainkan cerita kerajaan, maka busana yang digunakan oleh tokoh-tokoh pemerannya sangat gemerlapan, seperti peran raja, bangsawan, pangeran, putri, atau hulubalang. Akhirnya kata denes (dinas) jadi melekat pada cerita dan busana yang dipakai.
Adapun Bahasa yang digunakan dalam pementasan lenong denes bahasa adalah bahasa Melayu tinggi. Contoh kata-kata Melayu tinggi yang sering digunakan antara lain : baginda, tuanku, kakanda, adinda, daulat tuanku, beliau, syahdan, hamba dan lain sebagainya. Dialog dalam lenong denes sebagian besar dilakukan dengan nyanyian. Dengan cerita kerajaan dan berbahasa Melayu tinggi, para pemain lenong denes jadi tidak leluasa untuk melakukan humor. Agar pertunjukan tidak terlalu monoton dan bisa menampilkan kejenakaan, maka ditampilkan tokoh dayang atau khadam (pembantu) yang menggunakan bahasa Betawi. Adegan-adegan perkelahian dalam lenong denes tidak menggunakan jurus-jurus silat, tetapi tinju, gulat, dan main anggar (pedang).
Lenong denes biasanya dimainkan di atas panggung berukuran 5 x 7 meter. Penggunaan dekor atau seben untuk menyatakan susunan adegan-adegan. Misalnya ada dekor singgasana, taman sari, hutan, dan sebagainya. Musik pengiring teater lenong denes adalah gambang kromong. Dalam adegan perkelahian alat musik pengiringnya ditambah dengan tambur.
(2) Lenong Preman
Pertunjukan lenong Preman lakonnya tentang rakyat jelata, seperti yang kita kenal sekarang, pada awalnya, Lenong Preman dimainkan semalam suntuk. Karena jaman berkembang dan tuntutan keadaan, maka terjadi perubahan-perubahan.
Bersamaan dengan diresmikannya TIM
(Taman Ismail Marzuki), lenong yang tadinya hanya dimainkan di kampung-kampung,
oleh SM. Ardan, dibawa ke TIM, tapi waktu pertunjukannya diperpendek menjadi
satu atau dua setengah jam saja.
Teater tradisional Betawi yang lain diantaranya adalah Topeng Betawi, Topeng Blantek dan Jipeng (Jinong).
Teater tradisional Betawi yang lain diantaranya adalah Topeng Betawi, Topeng Blantek dan Jipeng (Jinong).
- Lenong menggunakan alat musik Gambang Kromong
- Topeng Betawi menggunakan alat musik Tabuhan Topeng Akar
- Topeng Blantek menggunakan alat musik Tabuhan Rebana Biang
- Jipeng atau Jinong menggunakan alat musik Tanjidor
- Bahasa yang digunakan pada pertunjukan Lenong adalah bahasa Betawi.
- Berdasarkan sejarahnya, Lenong mendapat pengaruh dari teater Bangsawan.
2. Longser (Teater tradisional
nusantara di Jawa Barat)
Teater Longser berasal dari daerah Jawa Barat.
Pengertian longser dapat kita lihat dari asal katanya, kata Longser berasal
dari kata "melong" yang memiliki arti melihat dan "seredet"
yang artinya tergugah. Secara umum Longser berarti bahwa barang siapa
yang melihat atau menonton pertunjukan tersebut, maka hatinya akan tergugah.
Sama halnya dengan teater-teater tradisional yang lain, Longser dari Sunda ini
juga bersifat hiburan yang sederhana, jenaka dan menghibur.Tontonan Longser dapat diselenggarakan di mana saja, karena tidak memerlukan dekorasi yang rumit. Penonton bisa menyaksikan Longser dengan posisi duduk melingkar. Berbicara tentang sejarah longser, puncak popularitas teater Longser berada pada tahun 1920 – 1960. Tokoh- tokohnya, antara lain; Ateng Japar, Bang Tawes, Tilil Bang, Bang Soang, dan lain-lain.
Seni Longser yang sampai sekarang masih dilestarikan oleh beberapa kelompok seniman di Jawa Barat, Kesenian Longser saat ini dipadukan dengan kondisi jaman, selain untuk melestarikan seni budaya teater longser, sekaligus agar teater ini dapat dicintai dan diminati oleh generasi saat ini, agar seni tradisi ini dapat abadi dengan bumbu modernisasi yang tidak menghilangkan keaslian dari seni budaya itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar